Sabtu, 02 April 2011

UTS Perencanaan Komunikasi

oleh radhitgugii



Animasi Coba Atasi Trauma Anak-anak terhadap Nuklir
Editor: Tri Wahono
Minggu, 27 Maret 2011 | 09:46 WIB

YOUTUBE
Nuclear Boy
TOKYO, KOMPAS.com - Krisis darurat nuklir di Jepang karena masalah pada sejumlah reaktor nuklirnya di Fukushima membuat banyak orang panik. Tidak hanya di Jepang, tapi juga di seluruh dunia. Informasi yang simpang siur soal apa yang sebenarnya terjadi dan bagaimana dampaknya kadang digambarakan begitu menakutkan.
Bagi orang dewasa yang dapat mencari informasi lebih banyak dan cek ulang dari banyak sumber, hal tersebut mungkin bukan masalah. Namun, bagaimana dengan orang awam atau bahkan anak-anak, informasi yang terkesan menakut-nakuti bisa menimbulkan trauma di masa depan.
Karena itu, Jepang menggunakan karakter kartun untuk memberikan penjelasan mengenai bencana nuklir kepada anak-anak. Selain pengetahuan, kartun bernama "Nuclear Boy" itu diharapkan mengurangi ketakutan anak-anak terhadap nuklir. Nuclear Boy diciptakan membantu menjelaskan kondisi nuklir yang rumit dengan cara sederhana, bahkan dengan bumbu humor. Tujuan dari kartun ini juga meredakan ketakutan berlebihan yang mungkin berkembang di tengah masyarakat saat ini, setelah menghadapi bencana bertubi-tubi seperti gempa, tsunami, dan ledakan reaktor nuklir.
"Nuclear Boy", sesuai dengan namanya, mempresentasikan reaktor nuklir. Dalam video, diceritakan sang "Nuclear Boy" mengalami sakit perut sejak peristiwa gempa kuat, gempa yang menyebabkan ledakan salah pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima. Untuk menyembuhkannya didatangkan dokter yang membawa obat dari air laut dan Boron. Untuk menggambarkan radiasi dengan bau kentut yang berdampak sementara dan akan hilang dengan sendirinya.
Video dapat menimbulkan kebingungan ketika anak-anak itu beranjak dewasa dan mempelajari sains secara lebih lengkap. Tapi mereka mengakui, cara ini merupakan cara efektif untuk menerangkan apa yang terjadi tanpa memunculkan kepanikan. Video sudah diputar beberapa kali di televisi Jepang. Video pun dapat dilihat melalui YouTube. (National Geographic Indonesia/Gloria Samantha)


Analisis Artikel
Animasi Coba Atasi Trauma Anak-anak terhadap Nuklir
Didalam artikel yang berjudul Animasi Coba Atasi Trauma Anak-anak terhadap Nuklir diatas menurut saya memiliki unsur perencanaan. Dimana perencanaan yang dilakukan oleh Pemerintah Jepang ini bertujuan untuk menghilangkan trauma dan kepanikan warga Jepang akan reaksi nuklir yang diakibatkan hancurnya reactor nuklir Jepang pada saat tsunami Jepang beberapa hari yang lalu. Pada artikel ini jenis perencanaan komunikasinya yaitu perencanaan indikatif . Perencanaan indikatif adalah perencanaan yang menyebarkan informasi yang dimaksudkan untuk memberi sinyal yang benar kepada individu dengan harapan agar pada gilirannya akan mengambil tindakan yang benar.
Didalam artikel ini, warga Jepang mulai panik dengan adanya reaksi nuklir yang dapat mengganggu kesehatan dan bahkan bias menyebabkan kematian ini. Mulai dari orang tua yang panik akan kesehatan anak-anaknya, sampai anak anak yang mengalami ketakutan dan trauma akan masa depannya karena begitu dahsyatnya bahaya yang ditimbulkan reaksi nuklir ini.  Tetapi Pemerintah Jepang dengan tegas membantah bahwa reaksi nuklir tersebut tidak berbahaya. Bagi orang dewasa mungkin akan dengan mudah memahami informasi ini, tetapi pada anak-anak akan sangat sulit untuk memahaminya. Pemerintah Jepang kemudian melakukan suatu perencanaan komunikasi dengan mengkomunikasikan informasi tersebut kepada anak-anak Jepang dengan melalui media animasi atau kartun. Tentunya anak anak akan sangat mudah tertarik dengan media ini karena pada dasarnya anak-anak sangat menyukai kartun. Media Komunikasi dalam bentuk film kartun ini akan sangat ampuh untuk menyampaikan informasi bahwa reaksi nuklir tersebut tidak berbahaya bagi mereka sehingga informasi tersebut dapat diterima dengan mudah oleh anak-anak.
  
Analisis menggunakan Pendekatan-Pendekatan
1.        Analisis Masalah
Permasalahan adalah awal dari membuat sebuah perencanaan. Karena perencanaan program komunikasi yang akan kita buat adalah upaya untuk menjawab permasalahan yang dirumuskan. Terdapat empat penyebab utama suatu permasalah, yaitu :
a.       Masalah Pengetahuan dan Informasi
Bisa saja terjadi bahwa sekalipun masyarakat di suatu tempat telah mengetahui masalah yang  mereka hadapi, namun mereka sama sekali tidak mempunyai pengetahuan atau informasi tentang pemecahan masalah tersebut.
Dalam artikel ini masalah yang timbul adalah reaksi nuklir yang mulai mengancam keselamatan warga Jepang. Karena minimnya informasi dan pengetahuan warga Jepang tentang nuklir terlebih lagi nuklir merupakan sesuatu yang sangat berbahaya dan hanya orang orang yang berkompeten saja yang mengetahuinya seperti para ilmuan, maka warga Jepang sangat takut akan reaksi nuklir tersebut. Kemudian Pemerintah Jepang melakukan suatu perencanaan komunikasi dengan menyebarkan dan menegaskan bahwa reaksi nuklir tersebut tidak berbahaya. 
b.      Masalah Keterampilan (skill)
Meskipun telah mengetahui persis masalah yang dihadapi dan cara menanggulangi masalah yang timbul, dapat pula masyarakat tidak bisa berbuat apapun untuk mengatasi masalah yang dimaksud, oleh karena mereka tidak mempunyai keterampilan yang dibutuhkan untuk mengatasi masalahnya.
Perbedaan keterampilan atau kemampuan untuk menerima dan mencerna informasi yang didapatkanpun menjadi salah satu masalah penting. Dalam hal ini pada perbedaan keterampilan menerima dan memahami informasi orang dewasa dengan keterampilan memahami informasi pada anak-anak jelas sungguh sangat berbeda. Mungkin bagi orang dewasa, informasi yang disampaikan oleh Pemerintah Jepang dapat dengan mudah dipahami, tetapi pada anak-anak informasi tersebut tidak akan mudah diterima.  
c.       Masalah Sikap Mental
Sikap mental memang suatu hal yang menentukan perilaku hidup. Walaupun suatu masyarakat telah memahami apa yang menjadi masalah bagi mereka, telah mengerti bagaimana memecahkan masalah tersebut, namun jika sikap mental mereka tidak mendukung untuk menyelesaikan masalah tersebut tidak ada gunanya.
Pada fenomena dalam artikel ini, sikap mental warga Jepang tentu saja sedang mengalami penurunan dan ketidakseimbangan karena baru saja dilanda bencana besar tsunami yang telah memporakporandakan Jepang. Sehingga informasi sekecil apapun yang menyangkut kehidupannya akan diterima begitu saja tanpa ada pemikiran dan pembuktian yang logis.
d.      Masalah Sumber-sumber
Ketiadaan sumber juga menyebabkan pemecahan suatu masalah yang dihadapi oleh suatu masyarakat menjadi terhalang. Sumber yang dimaksud bisa sumber daya alam, sumber daya manusia, ataupun sarana penunjang lainnya.
Dalam artikel ini ketiadaan sumbernya yaitu pada sarana penunjang dan sumber daya manusianya. Tidak memadainya dan terbatasnya sumber informasi seperti televisi, radio, ataupun media internet menjadikan warga Jepang kekurangan informasi tentang reaksi nuklir yang sedang melanda Jepang. Selain itu, terbatasnya sumber daya manusia yang mengetahui dan memahami tentang permasalahan nuklir (hanya ilmuwan saja) menjadi salah satu faktor terbatasnya pengetahuan warga akan nuklir.

2.        Analisis Khalayak
Analisis khalayak merupakan bagian terpadu daripada disain dan perencanaan program komunikasi. Untuk bisa melakukan analisis kita harus mengetahui karakteristik-karakteristik khalayak yang akan kita tuju. Zulkarnaen dkk (1994:54-55) mengungkapkan bahwa untuk mengetahui karaketristik khalayak diperlukan data-data dasar sebagai berikut :
a.       Jumlah dan lokasi khalayak
Banyak khalayak yang ingin dijangkau dapat mempengaruhi pertimbangan dalam memilih saluran atau media komunikasi yang akan dipilih nanti. Dalam permasalahan di Jepang ini, khalayak yang dituju dengan perencanaan komunikasi ini adalah anak-anak yang ada diseluruh Jepang.
b.      Profil sosioekonomi : kelompok umur, pendapatan, pekerjaan, pendidikan.
Perumusan pesan dan informasi yang ditujukan pada khalayak yang berumur 6-12 tahun tentu tidak sama dengan perumusan pesan untuk khalayak usia 15-18 tahun.
Dalam permasalahan di Jepang, orang dewasa mungkin akan dengan udah menerima informasi dalam bentuk pemberitaan, tetapi bagi anak-anak mungkin akan sulit, sehingga dibutuhkan suatu perencanaan agar anak-anak pun dapat memahami informasi yang akan disampaikan
c.       Profil sosiokultural : agama, bahasa, pola kehidupan keluarga, sistem kepercayaan tradisional, nilai-nilai, sumber-sumber informasi, praktek-praktek komunikasi dan interaksi khalayak.
Profil sosiokultural ini sangat penting untuk dikaji. Bagaimanapun respon khalayak terhadap program komunikasi yang akan dilancarkan amat ditentukan oleh nilai-nilai agama, norma-norma, sumber-sumber informasi mereka serta faktor-faktor kultural lain yang mendasari kehidupan khalayak. Segala kebiasaan dan tradisi yang berkaitan dengan tujuan program dan isi pesan harus dipahami sejak awal.
Bahasa yang digunakan sehari-hari oleh khalayak biasanya sedikit berbeda dengan bahasa resmi. Bila kita menggunakan komunikasi antar pribadi dengan khalayak, pengetahuan mengenai hal ini amat perlu. Karena akan mempermudah Anda dalam berinteraksi, mudah membangun kedekatan, sehingga pesan mudah ditangkap.
Jepang dikenal dengan negara yang sangat menjunjung tinggi kebudayaannya. Di Jepang memiliki keseragaman bahasa, agama, pola kehidupan keluarga, sistem kepercayaan tradisional, nilai-nilai dan sebagainya sehingga profil sosiokultural tidak berpengaruh besar terhadap daya cerna informasi warga Jepang.

3.        Analisis Tujuan Komunikasi
Berkaitan dengan program komunikasi, merumuskan tujuan komunikasi memang bukan hal yang mudah. Agar efektif tujuan komunikasi pastilah harus mencerminkan tujuan program komunikasi yang didukungnya. tujuan atau objectives juga memiliki elemen-elemen yang harus diperhatikan (Zulkarnaen dkk, 1994:74-75) sebagai berikut :


a.       Menggambarkan hasil final yang hendak dicapai
Tujuan harus menggambarkan hasil final yang hendak dicapai, bukan hanya menggambarkan langkah-langkah yang akan diambil. Tujuan Pemerintah Jepang dengan mensosialisasikan tidak berbahayanya reaksi nuklir pada anak-anak dengan media animasi/kartun menurut saya sudah menggambarkan bagaimana hasilnya nanti. Dengan media yang disukai oleh anak-anak seperti animasi maka saya berpendapat bahwa perencanaan komunikasi ini dapat berhasil.
b.      Spesifik dan persis
Menurut saya segmentasi tujuan dari perencanaan oleh Pemerintah Jepang ini sudah spesifik dan persis. Saya beranggapan bahwa Animasi/kartun merupakan media paling cocok untuk menghilangkan frame of experience pada anak-anak yang trauma pada reaksi nuklir.
c.       Menggambarkan perubahan yang dapat diukur (measurable) dan dapat dilihat (observable)
Sebagai bukti bahwa tujuan telah dicapai, tujuan harus dapat diukur. Berapa persenkah anak-anak yang akan mengerti bahwa dampak reaksi nuklir di Jepang tidak berbahaya bagi mereka. Perubahan-perubahan inilah yang dimaksud dapat diukur dan dapat dilihat.
d.      Menyatakan standar kualitas atau kriteria sebagai patokan mengukur keberhasilan
Bagaimanapun juga manusia memiliki keterbatasan-keterbatasan. Termasuk dalam melakukan kegiatan yang telah direncanakan. Hampir tidak ada kegiatan yang 100 persen sempurna. Karena itu diperlukan suatu patokan mengenai tingkat kualitas pencapaian yang dapat diterima.
Dalam hal ini standar kualitasnya yaitu sejauh apakah anak-anak mengerti tentang bahaya nuklir    bagi kehidupan manusia.

4.        Analisis Pemilihan Media
Saluran untuk berlangsungnya komunikasi massa diperlukan saluran yang memungkinkan disampaikannya pesan kepada khalayak yang dituju. Saluran tersebut adalah media massa, yaitu sarana teknis yang memungkinkan terlaksananya proses komunikasi massa tersebut. Saluran media massa ini, melihat bentuknya dapat dikelompokkan atas ;
a.       Media Cetakan (printed media) yang mencakup surat kabar, majalah, buku, pamflet, brosur, dan sebagainya.
b.      Media elektronik, seperti radio, televisi, film, slide, video, internet, dan sebagainya.
Dalam perencanaan ini, media yang digunakan oleh Pemerintah Jepang yaitu media elektronik berupa televise dan video.

Kesimpulan
Menurut saya, media televise dan video sangat tepat karena tujuan utama dari perencanaan komunikasi ini yaitu khalayak anak-anak. Pada dasarnya semua anak-anak sangat menggemari acara televisi berupa animasi dan kartun. Dan animasi menjadi senjata ampuh untuk menyampaikan informasi bahwa tidak berbahayanya reaksi nuklir sehingga dapat menghilangkan ketakutan dan trauma anak-anak terhadap nuklir dimasa mendatang. Tidak dapat dipungkiri bahwa bahaya nuklir bagi kehidupan manusia sangat mengkhawatirkan, tetapi perlu diingat bahwa nuklir juga merupakan sumber energi yang dapat membantu aktivitas manusia sehari hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar